Urban Legend adalah sebuah cerita rakyat yang menyebar dari mulut kemulut tanpa bisa dibuktikan kebenarannya, bisa berupa cerita seram atau hanya sebuah pantangan pantangan. contoh larangan memakai baju hijau di pantai laut selatan.
Mari kita bahas beberapa Urban Legend di masyarakat dunia.
1. Bloody Mary
Lima gadis muda berdiri di depan cermin kamar mandi dan hanya ditemani cahaya lilin, bernyanyi bersama: "Bloody Mary, Bloody Mary, Bloody Mary, Bloody Mary."
Saat kali ketiga belas mereka mengatakan "Bloody Mary" sesuatu yang sangat menakutkan terjadi.
di antara 5 gadis itu tidak semua bisa tetap hidup untuk menceritakan kisah itu.
dan yang masih hidup berharap mereka tidak pernah melakukannya.
2. La Llorona
Menceritakan tentang seorang ibu di Mexico bernama Maria (La Llorona), setelah mengetahui suaminya selingkuh dia nekat melemparkan anak anaknya kesungai, dan setelah itu dia menyesali perbuatannya yang menyebabkan tewasnya anak anaknya.
Legenda mengatakan saat kamu menyusuri sungai, kamu melihat cewe pake baju putih dan menatapmu dengan tajam. LEBIH BAIK LARILAHH!!
3. Chupacabra
Chupacabra adalah hewan yang suka meminum darah hewan lain tetapi mahluk ini hanya di angap fiktif dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya.
cerita bermula dari tahun 90han peternak bernama Puerto Rico daerah mexico menemukan 8 dombanya mati kehabisan darah dengan luka bekas gigitan di tubuhnya, beberapa bulan kemudian banyak peternak mengklaim hewan mereka juga banyak yang mati dengan kehabisan darah dan ada dua lubang bekas gigitan ditubuh ternaknya.
tetapi tetap saja belum bisa ditemukan kebenarannya sampai sekarang.
4. Patung Badut
Seorang babysiter diperkejakan di sebuah rumah untuk mengurus anak anak saat orang tua mereka keluar, sang babysiter menelphone orang tua anak anak meminta izin untuk menutupi patung badut dengan kain karena dia merasa tidak nyaman karena patung itu.
orang tua anak anak itupun menjawab "CEPAT BAWA KELUAR ANAK ANAK DARI RUMAH, KITA TIDAK PUNYA PATUNG BADUT" tidak ada yang tau kelanjutan cerita selanjutnya.
5. Pembunuh dari kursi belakang mobil
Seorang wanita mengemudi sendirian pada malam hari, dari belakang ada sebuah mobil yang mengikutinya mengkedip kedipkan lampu dan terus mengklasonnya sang wanita menganggap dia lagi di stalking orang. sesampai dirumah si wanita menemukan pisau di kursi belakangnya dan sadar ada bahwa orang di kursi belakang mobilnya dan stalker yang mengkedipkan lampu dan mengklason untuk memberi kode ke si wanita tersebut bahwa ada orang yang mau membunuhnya di kursi belakang.
Selasa, 30 Oktober 2018
Minggu, 28 Oktober 2018
Zombie Cerita dan Awal Mula
Intro
voodoo
Menurut ajaran voodoo, dukun ilmu hitam atau pendeta voodoo yang disebut Bokor bisa menghidupkan kembali manusia yang sudah mati. Zombie tidak memiliki kemauan sendiri sehingga selalu berada di bawah kendali sang majikan. Zombie juga merupakan nama untuk dewa ular voodoo yang bernama Damballah Wedo asal Nigeria-Kongo yang dekat dengan kata nzambi yang dalam bahasa Kongo berarti dewa.Pada tahun 1937, peneliti Zora Neale Hurston yang melakukan riset folklor di Haiti menemukan kasus Felicia Felix-Mentor yang meninggal di usia 29 tahun dan sudah dikubur pada tahun 1907. Penduduk desa percaya bahwa mereka sering melihat Felicia yang sudah meninggal 30 tahun yang lalu masih suka berkeliaran di jalan-jalan. Kasus yang sama juga dijumpai pada beberapa orang yang lain. Zora Hurston berusaha mencari kebenaran kabar burung yang mengatakan zombie adalah manusia yang telah diberi ramuan obat-obatan, namun tidak berhasil menemukan orang yang mau membuka mulut tentang rahasia zombie.
Cerita rakyat Dunia
Pada abad pertengahan, orang percaya arwah orang meninggal bisa kembali ke bumi dan menghantui orang hidup. Menurut ensiklopedia Encyclopedia of Things that Never Were, mayat yang bangun dari kubur (terutama di Perancis) biasanya datang membunuh orang-orang untuk membalas dendam. Sewaktu malam tiba, di makam-makam berkeliaran zombie berbentuk kerangka manusia atau mayat yang sudah kurus dan lemah. Mitologi Norse (Skandinavia) mengenal makhluk bernama Draugr yang dipercaya sebagai mayat kesatria yang bangun dari kubur untuk menyerang orang yang masih hidup.Zombie Zaman Moderen
Dalam kebudayaan modern di Barat, buku yang pertama kali mengupas konsep zombi adalah The Magic Island karya W.B. Seabrook terbitan tahun 1929.
Plot cerita yang paling umum berkisar pada serbuan zombie yang tidak terkendali. Sekelompok orang yang selamat berusaha menghentikan penularan zombie. Seperti layaknya kisah horor lain, cerita zombie tidak berakhir happy end dan selalu ada saja zombie yang masih tersisa. Asal usul wabah zombie biasanya berupa kontaminasi radioaktif, bahan beracun yang membuat mati otak, ilmu hitam, voodoo, makhluk angkasa luar, infeksi virus dan berbagai macam sebab lain.
Dalam berbagai karya fiksi, zombie bisa menular ke orang sehat lewat gigitan atau cakaran zombi. Korban serangan zombie biasanya langsung tewas dan berubah menjadi zombi. Zombie bisa dibunuh dengan memotong bagian kepala atau menghancurkan otak zombie. Pada beberapa kasus, seluruh bagian tubuh zombie harus dihancurkan kalau tidak mau bagian tubuh zombie yang sudah putus bergerak-gerak terus.
Mahluk Mythologi Gryphon dan Kerabatnya
Gryphon
Griffin atau Gryphon adalah hewan mitologi yang memiliki sayap elang, kaki singa, dan kepala rajawali. Griffin berasal dari dataran Hiperborea. Disebut sebagai burung terbesar dan menjadi hewan yang sangat sakral untuk Dewa Apollo dan Griffin juga merupakan hewan penjaga matahari. Makhluk ini terlihat pada saat peradaban Minoan.
Layaknya singa, makhluk ini menjadi “Raja hewan buas” dan sebagai burung rajawali, ia menjadi “raja di udara”. Oleh sebab itu, Griffin merupakan penggambaran makhluk yang paling berkuasa atas kedua hal tersebut dan dijuluki sebagai “raja hewan buas dan penguasa udara”. Dalam bahasa Akkadian, makhluk bertubuh singa, berkepala dan bersayap rajawali ini lebih dikenal dengan sebutan Kuribu. Kata ‘kuribu’ berasal dari kata ‘karabu’. Dari kata ‘kuribu’ ini kemudian muncul kata’keruv’(dalam bahasa inggris:cherub) yang digunakan dalam teks-teks Alkitab untuk menggambarkan makhluk surga yang bersayap. Di dalam tradasi Yunani, makhluk ini digambarkan sebagai makhluk yang cukup berbahaya dan tinggal di gunung-gunung.
Griffin juga dikatakan penjelmaan dari Nemesis, dewa balas jasa yang memutar roda keberuntungan.
Hippogrif
Hippogrif adalah makhluk legendaris yang masih berkerabat dekat dengan Griffin. Mskhluk ini seringkali dilukiskan sebagai makhluk yang berwujud setengah burung rajawali atau elang, dan setengah kuda. Kepala dan badan depannya menyerupai Rajawali, sedangkan tubuh bagian belakangnya berupa tubuh dan kaki kuda. Menurut legenda, Hippogriff merupakan makhluk hasil perkawinan antara kuda dan Griffin.
Hippogriff memang seperti Griffin, tetapi ia lebih jinak sehingga lebih mudah untuk dikendalikan. Dalam dongeng-dongeng dan kisah fiksi fantasi, Hippogriff sering berperan sebagai peliharaan atu kendaraan kesatria maupum tukang sihir.
Opinicus
Opinicus atau Epimacus merupakan hewan yang meiliki hubungan keluarga dengan Griffin. Menurut ilmu Heraldik (persimbolan/keturunan) Opinicus memiliki tubuh singa dan empat kaki. Kepala dan sayapnya merupakan kepala dan sayap elang. Bedanya opinicus memiliki ekor unta. Terkadang, ada juga Opinicus yang tidak memiliki sayap.
Rabu, 24 Oktober 2018
Myth Hindu: Karna Putra Surya
Karna
Karna adalah nama Raja Angga dalam cerita Mahabharata. Ia menjadi pendukung utama pihak Korawa dalam perang besar melawan Pandawa. Karna merupakan kakak tertua (satu kandungan) dari tiga di antara lima Pandawa: Yudistira, Bimasena, dan Arjuna. Dalam bagian akhir perang besar tersebut, Karna diangkat sebagai panglima pihak Korawa, dan akhirnya gugur di tangan Arjuna. Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Karna menjunjung tinggi nilai-nilai kesatria. Meski angkuh, ia juga seorang dermawan yang murah hati, terutama kepada fakir miskin dan kaum brahmana.Kelahiran
Masa kecil dan pendidikan
Demi menjaga nama baik Kerajaannya, Kunti yang melahirkan sebelum menikah terpaksa membuang "putra Surya" yang ia beri nama Karna di sungai Aswa dalam sebuah keranjang. Bayi itu kemudian terbawa arus sampai akhirnya ditemukan oleh Adiratayang bekerja sebagai kusir kereta di Kerajaan Kuru. Adirata dengan gembira menjadikan bayi tersebut sebagai anaknya. Karena sejak lahir sudah memakai pakaian perang lengkap dengan anting-anting dan kalung pemberian Surya, maka bayi itu pun diberi nama Basusena. Tak lama setelah itu, Kunti disunting Pandu dari Hastinapura dan berputra tiga orang: Yudistira, Bimasena (Bima), dan Arjuna. Bersama dua putra kembar Madri (istri kedua Pandu), mereka dikenal sebagai Lima Pandawa.Basusena diasuh dan dibesarkan dalam keluarga kusir, sehingga ia dikenal dengan julukan Sutaputra (anak kusir). Namun, julukan lainnya yang lebih terkenal adalah Radheya, yang bermakna "anak Radha" (istri Adirata). Meskipun tumbuh dalam lingkungan keluarga kusir, Radheya justru berkeinginan menjadi seorang perwira kerajaan. Adirata pun mendaftarkannya ke dalam perguruan Resi Drona yang saat itu sedang mendidik para Pandawa dan Korawa, pangeran dari kalangan Dinasti Kuru. Drona menolak Radheya karena ia hanya sudi mengajar kaum kesatria saja. Akhirnya Radheya memutuskan untuk mencari guru lain. Ia menyamar menjadi seorang brahmana agar mendapatkan pendidikan dari Parasurama, seorang brahmana-kesatria yang hanya mau menerima murid dari golongan brahmana. Parasurama adalah guru dari Bisma sesepuh Dinasti Kuru dan Drona,sehingga Karna mendapatkan guru yang lebih baik dari Drona.
Parasurama memiliki pengalaman yang buruk dengan kaum kesatria, sehingga Karna harus menyamar sebagai brahmana muda agar bisa menjadi muridnya. Pada suatu hari, Parasurama tidur di atas pangkuan Karna. Tiba-tiba muncul seekor serangga menggigit paha Karna. Agar Parasurama tidak terbangun, Karna membiarkan pahanya terluka sementara dirinya tidak bergerak sedikit pun. Ketika Parasurama bangun dari tidurnya, ia terkejut melihat Karna telah berlumuran darah. Kemampuan Karna menahan rasa sakit telah menyadarkan Parasurama bahwa muridnya itu bukan dari golongan brahmana, melainkan seorang kesatria asli. Merasa telah ditipu, Parasurama pun mengutuk Karna. Kelak, pada saat pertarungan antara hidup dan mati melawan seorang musuh terhebat, Karna akan lupa terhadap semua ilmu yang telah ia ajarkan.
Kutukan kedua diperoleh Karna ketika ia mengendarai keretanya dan menabrak mati seekor sapi milik brahmana yang sedang menyeberang jalan. Sang brahmana pun muncul dan mengutuk Karna, kelak roda keretanya akan terbenam ke dalam lumpur ketika ia berperang melawan musuhnya yang paling hebat.
Pemahkotaan sebagai Raja Angga
Adirata muncul menyambut penobatan Karna. Akibatnya, semua orang tahu bahwa Karna adalah anak Adirata. Melihat hal itu, Bimasena mencemoohnya sebagai anak kusir sehingga tidak pantas bertanding melawan Arjuna yang berasal dari kaum bangsawan. Sekali lagi Duryodana tampil membela Karna. Melihat situasi tersebut, Kunti jatuh pingsan di bangkunya setelah melihat kehadiran Karna. Kunti langsung mengenalinya sebagai putra sulung yang pernah ia buang dari pakaian perang dan perhiasan pemberian Surya yang melekat di tubuh Karna. Suasana yang menegangkan itu diredakan oleh terbenamnya matahari. Dretarastra membubarkan acara tersebut sehingga pertandingan antara Karna dan Arjuna dihentikan
Penolakan Dropadi
Dropadi adalah putri Kerajaan Pancala yang kecantikannya membuat banyak raja dan pangeran datang untuk melamar, termasuk Duryodana. Dalam hal ini, Drupada(raja Pancala) telah mengumumkan sebuah sayembara memanah bagi siapa saja yang ingin memperistri putrinya tersebut. Sayembara tersebut ialah memanah boneka ikan yang berputar di atas arena, namun tidak boleh melihatnya secara langsung, melainkan melalui bayangannya yang terpantul di dalam baskom berisi minyak. Akan tetapi, jangankan membidik boneka tersebut, mengangkat busur pusaka Kerajaan Pancala saja para peserta tidak ada yang sanggup, termasuk Duryodana yang perkasa sekalipun.
Karna maju setelah sahabatnya mengalami kegagalan. Dengan penuh rasa hormat, ia berhasil mengenai sasaran sayembara. Tiba-tiba Dropadi menyatakan keberatan apabila Karna memenangkan sayembara, karena dirinya tidak mau menikah dengan anak seorang kusir. Karna sakit hati mendengarnya. Ia menyebut Dropadi sebagai wanita sombong dan pasti menjadi perawan tua karena tidak ada lagi peserta yang mampu memenangkan sayembara sulit tersebut selain dirinya. Ucapan Karna membuat Drupada merasa khawatir. Raja Pancala itu pun membuka pendaftaran baru untuk siapa saja yang ingin menikahi Dropadi, tanpa harus berasal dari golongan ksatriya. Arjuna yang saat itu sedang menyamar sebagai brahmana maju mendaftarkan diri. Sayembara tersebut akhirnya berhasil dimenangkan olehnya.
Pembalasan untuk Dropadi
Arjuna kemudian mempersembahkan Dropadi kepada ibunya sebagai oleh-oleh terbaik. Tanpa melihat yang sebenarnya, Kunti langsung memutuskan supaya "oleh-oleh" tersebut dibagi berlima. Akibatnya, kelima Pandawa pun bersama-sama menikahi Dropadi sebagai istri mereka, demi melaksanakan amanat sang ibu.Beberapa waktu kemudian, para Pandawa berhasil membangun sebuah kerajaan indah bernama Indraprastha yang membuat pihak Korawa merasa iri. Melalui permainan dadu yang sangat licik, mereka berhasil merebut Indraprastha dari tangan Pandawa, termasuk kemerdekaan kelima bersaudara itu. Pada puncaknya, Yudistira (Pandawa tertua) dipaksa mempertaruhkan Dropadi demi melanjutkan permainan. Dropadi akhirnya jatuh pula ke tangan Korawa. Duryodana kemudian menyuruh Dursasana, adiknya untuk menyeret Dropadi dari kamarnya. Dropadi pun dijambak dan diseret oleh Korawa nomor dua itu menuju ruang permainan.
Karna yang masih menyimpan sakit hati kepada Dropadi mengumumkan bahwa seorang wanita yang bersuami lima tidak pantas disebut sebagai istri, melainkan pelacur. Mendengar penghinaan Karna, Arjuna bersumpah kelak akan membunuhnya. Duryodana pun memerintahkan Dursasana agar menelanjangi Dropadi di depan umum. Namun, berkat pertolongan rahasia dari Sri Kresna, Dropadi berhasil diselamatkan.
Pusaka Indrastra
Indra yang menyamar sebagai seorang resi tua datang menemui Karna saat sedang sendirian. Ia meminta sedekah berupa baju perang dan anting-anting yang dipakai Karna. Karna pun mengiris semua pakaian pusaka yang melekat di kulitnya sejak bayi tersebut menggunakan pisau. Indra terharu menerimanya. Ia pun membuka samaran dan memberikan pusaka Indrastra baru berupa Indrastra (Wasawisakti) atau Konta (yang bermakna "tombak") sebagai hadiah atas ketulusan Karna. Namun, pusaka Konta hanya bisa digunakan sekali saja, setelah itu ia akan musnah.
Pembongkaran jati diri
Setelah masa hukuman atas kekalahan dalam permainan dadu berakhir, para Pandawa pun muncul kembali untuk mendapatkan hak mereka atas Kerajaan Indraprastha. Pihak Korawa menolak dan memaksa Pandawa merebutnya dengan jalan perang. Pandawa pun mengirim Kresna sebagai duta menuju Hastinapura. Dalam kesempatan itu, Kresna menemui Karna dan mengajaknya berbicara empat mata. Ia menjelaskan bahwa Karna dan para Pandawa sebenarnya adalah saudara seibu. Apabila Karna bergabung dengan Pandawa, tentu Yudistira akan merelakan takhta Hastinapura untuknya. Setelah mengetahui kenyataan, Karna terkejut dan menghadapi dilema yang besar. Dengan penuh pertimbangan ia memutuskan tetap pada pendiriannya, yaitu membela Korawa. Ia tidak mau meninggalkan Duryodanayang telah memberinya kedudukan, harga diri, dan perlindungan saat dihina para Pandawa dahulu. Rayuan Kresna tidak mampu meluluhkan sumpah setia Karna terhadap Duryodana yang dianggapnya sebagai saudara sejati.Setelah pertemuan dengan Kresna, esok harinya Karna bertemu dengan Kunti. Kunti menemui putra sulungnya itu saat bersembahyang di tepi sungai. Ia merayu Karna supaya mau memanggilnya "ibu" dan sudi bergabung dengan para Pandawa. Karna kembali bersikap tegas. Ia sangat menyesalkan keputusan Kunti yang dulu membuangnya sehingga kini ia harus berhadapan dengan adik-adiknya sendiri sebagai musuh. Ia menolak bergabung dengan pihak Pandawa dan tetap menganggap Radha sebagai ibu sejatinya. Meskipun demikian, Karna tetap menghibur kekecewaan Kunti. Ia bersumpah dalam perang kelak, ia tidak akan membunuh para Pandawa, kecuali Arjuna.
Perselisihan dengan Bisma
Perang besar antara kedua pihak tersebut akhirnya meletus. Pihak Korawa memilih Bisma (bangsawan senior Hastinapura) sebagai panglima mereka. Terjadi pertengkaran di mana Bisma menolak Karna berada di dalam pasukannya, dengan alasan Karna terlalu sombong dan suka meremehkan kekuatan Pandawa. Sebaliknya, Karna pun bersumpah tidak sudi ikut berperang apabila pasukan Korawa masih dipimpin oleh Bisma.
Pertempuran melawan Gatotkaca
Kehadiran Karna sejak hari kesebelas segera membangkitkan semangat pihak Korawa. Ia menyarankan agar Duryodana memilih Drona sebagai pengganti Bisma, dengan alasan Drona merupakan guru sebagian besar sekutu Korawa. Dengan terpilihnya Drona maka persaingan antara para pendukung Korawa memperebutkan jabatan panglima dapat dihindari.
Karna tampil dalam perang besar tersebut sebagai pendamping Drona. Pada hari ke-14 malam, perang tetap terjadi tanpa dihentikan sehingga melanggar aturan yang telah disepakati. Duryodana menderita luka parah saat menghadapi Gatotkaca putra Bimasena. Ia pun mendesak Karna supaya menggunakan pusaka Vasavi shakti atau Konta untuk membunuh Gatotkaca. Karena terus didesak, Karna pun melepaskan Konta dan menewaskan Gatotkaca.
Sesuai janji Indra, Shakti Konta pun musnah hanya dalam sekali penggunaan. Kresna selaku penasihat pihak Pandawa merasa senang karena dengan demikian, nyawa Arjuna bisa terselamatkan. Ia mengetahui kalau selama ini Karna mempersiapkan Shakti Konta untuk membunuh Arjuna.
Menjadi panglima pasukan Korawa
Setelah Drona gugur pada hari kelima belas, Duryodana menunjuk Karna sebagai panglima yang baru. Karna maju perang dengan Salya raja Madra sebagai kusir keretanya, dengan harapan bisa mengimbangi Arjuna yang dikusiri Kresna. Salya sendiri sakit hati karena merasa direndahkan oleh Karna. Sambil mengemudikan kereta ia gencar memuji-muji kesaktian Arjuna untuk menakut-nakuti Karna.
Pada hari keenam belas, Karna berhasil mengalahkan Yudistira, Bimasena, Nakula, dan Sadewa, namun tidak sampai membunuh mereka sesuai janjinya di hadapan Kunti dulu. Karna kemudian bertanding melawan Arjuna. Keduanya saling berusaha membunuh satu sama lain. Ketika Karna mengincar leher Arjuna menggunakan panah Nagasatra, diam-diam Salya memberi isyarat pada Kresna. Kresna pun menggerakkan keretanya sehingga panah pusaka tersebut meleset hanya mengenai mahkota Arjuna. Pertempuran tersebut akhirnya tertunda oleh terbenamnya matahari.
Pertempuran terakhir
Karna meminta Arjuna untuk menahan diri sementara ia turun untuk mendorong keretanya agar kembali berjalan normal. Pada saat itulah Kresna mendesak agar Arjuna segera membunuh Karna karena ini adalah kesempatan terbaik. Arjuna ragu-ragu karena saat itu Karna sedang lengah dan berada di bawah. Kresna mengingatkan Arjuna bahwa Karna sebelumnya juga berlaku curang karena ikut mengeroyok Abimanyu sampai mati pada hari ketiga belas. Teringat pada kematian putranya yang tragis tersebut, Arjuna pun melepaskan panah Pasupati yang
melesat memenggal kepala Karna. Karna pun tewas seketika.
Kehidupan di surga
Mahabharata bagian akhir, atau Swargarohanikaparwa, mengisahkan perjalanan Yudistira naik ke surga. Di tempat yang serba indah itu ia merasa kecewa karena yang dijumpainya justru arwah para Korawa, bukan adik-adiknya. Ia kemudian diantar para Kingkara untuk menemui keempat Pandawa yang sedang mengalami penyiksaan di neraka. Di tempat mengerikan itu, ia menjumpai arwah keempat adiknya sedang disiksa bersama para pahlawan besar lainya, misalnya Karna, Drestadyumna, Abimanyu, Satyaki, dan lain-lain.Meskipun demikian, Yudistira memilih berada di neraka daripada harus kembali ke surga. Tiba-tiba keadaan pun berbalik. Yudistira dan para pahlawan tersebut kemudian dimasukkan oleh ke dalam surga oleh para dewa sedangkan para penjahat, yaitu Korawa masuk ke dalam neraka. Rupanya peyiksaan tersebut hanya bersifat sementara, selain untuk menguji keteguhan hati Yudistira, juga untuk membersihkan dosa-dosa para pahlawan semasa hidup di dunia dulu. Dengan demikian, meskipun sewaktu di dunia Karna hidup bersama para Korawa, namun ketika berada di akhirat arwahnya berkumpul dengan para Pandawa.
Langganan:
Komentar (Atom)














